Wednesday, August 22, 2012

Buruh Pabrik

Sebuah kenyataan pahit yang harus dijalani ketika modal habis dan orang tua tidak bisa membantu lagi dari segi permodalan, saya memutuskan mencari pekerjaan di sebuah pabrik textile menjadi tukang bersih - bersih mesin tenun.

Tiap hari saya jalani dengan pekerjaan membersihkan mesin tenun yang sudah selesai dengan mesin kompresor, debu kapas yang menyengat hidung dan menyesesakkan nafas sangat mengganggu sekali, tapi karena terdesak kebutuhan untuk menjalani hidup saya jalani walaupun batin saya tidak terima.


Lambat laun akhirnya saya dapat menerima dengan ikhlas apa yang saya kerjakan setelah berkenalan dengan teman kerja namanya nur yanto yang menghibur saya dan jadi tempat curhat dan unek - unek yang ada dikepalaku, akhirnya pikiranku berubah setelah melihat bahwa didepanku adalah sebuah ilmu tentang dunia textile, saya tiap hari belajar mengenai seluk beluk tenun textile kain mori atau biasa digunakan untuk bahan dasar dalam membuat batik.

Kesempatan emas itu tidak saya sia -  siakan karena akan berguna untuk saya kelak, saya berkenalan dengan pak tua biasa di panggil begitu  sama teman - teman kerja, diwaktu senggang saya menemani pak tua untuk membuat pola tenun pada kain yang akan menghasilkan kain dengan motif timbul atau yang sekarang biasa disebut dengan kain katun dobi, penyetelan mesin dan merakit mesin adalah tugasku dalam membantu pak tua walaupun dengan gaji sebesar 15.000 perhari dan dapat makan siang yang sangat sederhana karena maklum pabrik kecil dengan manajemen keluarga yang amburadul.

Pekerjaan itu saya jalani kurang lebih hanya 5 bulan karena saya pikir tidak bisa merubah hidup saya, karena saya berkaca pada teman kerja yang sudah bekerja puluhan tahun dan pendapatannya hanya cukup untuk biaya hidup sehari - hari dan tiap akhir bulan selalu kasbon.

Pelajaran dan ilmu yang saya petik sebagai buruh pabrik tersebut yakni sebuah perusahaan akan berkembang dengan pesat harus menggunakan manajemen modern dan bisa memisahkan keuangan perusahaan dengan keuangan pribadi, kedisplinan karyawan dalam bekerja dan tidak adanya budaya perusahaan yang menjadikan perusahaan tersebut hanya sekedar berjalan bukan berkembang.

kini pabrik tempat saya bekerja dulu sekarang tinggal nama karena tata kelola oleh pemilik perusahaan sudah tidak profesional lagi yang kebetulan pemilik pabrik tersebut masih family saya.

No comments:

Post a Comment